Angin dingin
merasuk dalam rusuk-rusuk tubuh ini
Mematahkan angan
akan kehangatan dunia fana
Mengapa tanah ini
seakan mengaras bagai bebatuan di puncak itu
Apakah impian akan
rumah yang hangat dengan seiris roti hanya mimpi di kala terjaga
Tak ada kebahagiaan
dalam hidup melainkan air mata
Tak akan ada
kepuasan melainkan dalam kematian
Dan tak pula ada
kematian dalam dalam setitik harapan
Mungkin takdir tak
pernah kejam
Tetapi dunia
memberikan sejuta alasan akan kesengsaraan
Bertahan dan
berperang melawan waktu yang tak tahu kapan akhirnya
Mimpi hanyalah
lentera kecil dalam gulita yang merajai mayapada
Angan tentang tawa
itu sirna bersama senja yang menelan siang
Menyisakan air
mata di pelupuk malam
Ingin rasanya
berhenti dan menyerah mengejar mimpi yang menjauh perlahan
Tetapi langkah ini
terlanjur jauh meninggalkan pijakan di ujung kehidupan itu
Pagar yang
menjulang itu menghadang menjadi rintangan yang kian nyata
Kerikil-kerikil
tajam itu mengiringi setiap langkah bersama derita
Membuat jalan itu memerah
akan darah perjuangan
Aku mulai lelah
karenanya